Touring Saparan Dusun Seloduwur


Apakah kamu pernah mendengar kata Saparan? Yah, kata Saparan berasal dari nama pasaran jawa Sapar. Hari senin lalu saya ikutan tradisi Saparan yang berlangsung di Desa Kopeng, Salatiga. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini.

Pengertian secara singkat mengenai Saparan adalah syukuran desa atau dusun. Tradisi ini masih begitu melekat di beberapa desa atau dusun yang berada di kecamatan Getasan, yang saya tahu baru daerah sekitar Kopeng yang masih menjaga tradisi ini hingga sekarang.

Posting sebelumnya saya menuliskan pengalaman saya ikutan tradisi Saparan di Desa Kopeng, Salatiga pada hari senin dan cerita tersebut masih berlangsung hari berikutnya, tepatnya hari rabu malam (01/12). Saparan di Dusun Seloduwur.

Masih seperti Saparan sebelumnya, bapak mengajak anak - anaknya untuk Saparan di Dusun Seloduwur setelah shalat magrib. Yah, karena bapak tahu, anak - anaknya dari kota masih asing dengan tradisi ini. Berharap anak - anaknya mendapatkan pengalaman baru dari sini gitu ceritanya.

Karena bapak memiliki 10 anak, 8 anak dari kota, 1 orang anak kandung dan 1 menantu, untuk pergi Saparan jadilah kami pergi dengan menggunakan 5 motor. Karena motor terbatas jadilah boncengan. Sebagian bonceng1 orang dan sebagian bonceng 2 orang. Karena rombongan, jadilah seperti night touring gitu.

Cuaca malam yang dingin selepas hujan, tak menghalangi kami untuk pergi Saparan. Padahal daerah Seloduwur itu lebih dingin dari Dusun Madu. Meskipun sudah pakai jaket, tetap saja cuaca dingin masih menembus kulit kami.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai Dusun Seloduwur. Jalanan yang gelap tanpa penerangan, seolah memacu adrenalin seolah membisu. Dan akhirnya sampai ditempat yang terang, Dusun Seloduwur.

Suasana pasar malam yang kecil seolah menyapa kedatangan kami. Suara musik untuk pentas Saparan nampaknya juga sedang bersiap diri. Menyenangkan juga bisa berkunjung.

Ada dua rumah yang dikunjungi saat Saparan di Dusun Seloduwur. Rumah pertama adalah rumah Pak Kadus Seloduwur, dan rumah kedua adalah rumah pak Kadus. Bahagianya ikut Saparan bisa mencicipi cemilan - cemilan yang lezat dan menu utama yang nikmat.

Saya dan salah seorang teman saya sedikit melakukan kenakalan saat Saparan. Karena kami senang dengan cemilan yang lezat yang kami temukan. Kami membawa sedikit cemilan Saparan dengan cara memasukan cemilan dari toples ke dalam kantong secara langsung. Habis cemilannya sedap sihh. :D.

Seperti hari sebelumnya, saat Saparan di Seloduwur kami hanya datang, makan terus pulang, gitu aja. Kami menjadi lebih akrab saat berkumpul bersama. Pulangnya kamipun touring lagii.

Malam itu saya merasa sangat dekat dengan Bapak dan Ibu Rukimin. Mungkin karena waktu berangkat dan pulang satu motor. Sepanjang perjalanan ke Seloduwur, ibu menggenggam tangan saya yang dingin dengan erat.

Meski mereka bukan orang tua saya tapi saya merasa seperti orang tua saya sendiri selama satu bulan bersama. Malam itu saya merasa bahagia. Jadi kangen sama bapak ibuk kalau begini. Ohh noo... kok jadi meloww gini yaa... :'(.

Malam yang indah dan lampu - lampu kota Salatiga yang menyapa, sayangnya hanya sekejap saja bisa melihatnya sepanjang perjalanan pulang. Sekian dulu cerita Saparannya, tunggu cerita selanjutnya.

Thanks for reading my story.... :)

Komentar

  1. Hari kedua saparan, mbak? smp? setelah makan pulang. hihihi.. :D

    BalasHapus
  2. Bukan hari kedua Saparan, tapi Saparan kedua. hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, kukira ada beberapa hari untuk saparan jadi kupikir hari kedua. wkwk..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Acer Day Roadshow di Semarang